Jakarta, Lembarankita.com – Ribuan warga Amerika Serikat memadati jalanan di berbagai kota, termasuk Washington DC, dalam aksi unjuk rasa besar-besaran pada Sabtu (5/4/2025), menentang kebijakan kontroversial Presiden Donald Trump. Demonstrasi ini menjadi salah satu mobilisasi publik terbesar sejak Trump kembali menduduki kursi kepresidenan.
Di jantung ibu kota, tepatnya di sekitar National Mall, massa berkumpul membawa beragam spanduk dan poster dengan pesan keras, seperti “HANDS OFF!”, “Not My President!”, dan “Stop Evil.” Sebuah panggung terbuka tak jauh dari Gedung Putih menjadi pusat orasi dan pertunjukan simbolik perlawanan.
Jane Ellen Saums, seorang perempuan berusia 66 tahun yang hadir dalam balutan kostum bertema alam, menyampaikan kekhawatirannya terkait arah kebijakan pemerintah.
“Sangat mengkhawatirkan melihat bagaimana pemerintahan ini melibas seluruh sistem checks and balances – dari lingkungan hidup hingga hak-hak pribadi,” ujar pekerja real estate yang datang dengan kostum Mother Nature, dibalut tanaman rambat dan memegang replika bumi, dikutip AFP, Minggu (06/04/2025).
Aksi solidaritas juga merebak di sejumlah kota besar dunia seperti London, Paris, dan Roma, menandakan adanya gelombang penolakan global terhadap kepemimpinan Presiden dari Partai Republik tersebut.
Gerakan ini diprakarsai oleh aliansi longgar puluhan organisasi progresif, termasuk MoveOn dan Women’s March, yang tergabung dalam kampanye bertema “Hands Off.” Menurut keterangan penyelenggara, unjuk rasa serempak terjadi di lebih dari seribu lokasi di seluruh Amerika Serikat, mencakup berbagai distrik dan kota besar.
Tema utama dari protes ini adalah penolakan terhadap kebijakan Trump yang dianggap merepresentasikan bentuk perebutan kekuasaan secara terang-terangan. Demonstran juga menyoroti peran tokoh-tokoh elit seperti Elon Musk yang disebut-sebut ikut mendukung langkah agresif Trump.
Kritik diarahkan kepada kebijakan pemerintahan Trump yang dinilai memberangus program sosial, mempersempit peran pemerintah, serta menekan mitra dagang Amerika, hingga menyebabkan gejolak di pasar finansial.
“Trump, Musk, dan para miliarder pendukung mereka tengah menjalankan serangan habis-habisan terhadap pemerintahan, ekonomi, dan hak-hak dasar kita – dan itu didukung penuh oleh Kongres,” kata pedemo.
Di sisi lain, banyak simpatisan Partai Demokrat mengaku frustrasi melihat lemahnya perlawanan dari wakil-wakil mereka di Senat maupun DPR, yang kini dikuasai oleh Partai Republik.
Aksi ini menjadi cerminan semakin meluasnya gelombang ketidakpuasan terhadap arah pemerintahan saat ini, baik dari kalangan domestik maupun komunitas internasional.